Jumat, 27 September 2019

Sajak Kebodohan


Sajak Kebodohan

Aku ingin tertawa saja, karena tangis membuat dunia meraja
Aku semakin tak mampu berlogika
Tawakal sudah tinggi-tinggi kupancangkan,
Namun ia menghilang secepat angin,
Bodohnya aku berdiri dan menyambut luka
Padahal sadar akan tersungkur dalam kepedihan.
Aku kembali dihantui ketakutan
Mereka tertawa-tawa diantara pintu masa lalu dan masa depan
Tatapanku semakin samar, nanar akan buruknya bayangan
Aku hanya ingin berjalan ditempat dan tak lagi melangkah ke depan
Semakin diri ini tak mengerti maunya logika,
Terserah seberapa tinggi kecemasan itu ada,
Setidaknya aku tak ingin mati segera.
Aku masih punya mama, yang kucari surga dibawah kakinya
Aku tidak butuh mereka!
Yang merobek dan menusuk luka, atas nama dunia.
Bukan salah mereka, tapi kadang aku tak pandai memahami cinta dimata mereka.
Ya, aku saja yang terlalu bodoh untuk mengukir harapan diatas keterbatasan
Membumbungkan angan dalam ketidakpastian
Berani bermain-main ditengah keterpurukan.

aku hanya manusia, tak bisa menghalau rasa tiba-tiba lantaran sebuah kepedihan. aku tak ingin mengutuk takdir, tapi sayangnya aku tak mampu lari dari keterpurukan. aku hanya ingin menghempas angin yang terhenti di kerongkongan dan isak tangis di lubang-lubang hidung yang menyesakkan. biarlah ia pergi tanpa meninggalkan pesakitan. 
Wahai Dzat yang Jiwaku berada ditanganNya, mampukan aku untuk mengusap linangan sebanyak yang Kau tumpahkan, sanggupkan aku menatap lagi masa depan, kuatkan aku dengan janji-janji yang Kau bisikkan...
aku menungguMu dalam hening, cukup hanya Engkau dan aku saja!

Kamis, 05 September 2019






Ketika mereka mulai menjauhi diriku

Aku hanya bisa menatap punggungnya

Lalu berkata, “Bertahanlah”

berapa lama lagi aku bisa bertahan?

Sebab semakin lama membuatku semakin sakit

Semakin sulit untuk ku sembunyikan

Layaknya ditarik hingga ke dasar samudera

Hingga nafasku pun habis sudah

Terpikir, untuk ku menyerah

Sebab seberapa pun besar usaha yang ku lakukan

Tetap mereka tak akan lagi memandang ku

Diriku layaknya udara

Yang ada namun tak dapat terlihat

Senin, 01 Juli 2019


Gambar terkait





Entah

Waktu terus berputar
Bersamamu,
Biasa saja,
Tapi indah

Tapi,
Waktu hanyalah waktu
Tak bisa mengubah
Ketika kau mengenalnya
Punggungmu mulai terlihat
Meninggalkanku

Kebersamaan kita
Kini berlalu begitu saja
Cahaya kebersamaan kita mulai redup
Tanpa bekas yang tersisa

Dia memang kekasihmu
Aku tahu cintamu begitu besar
Tapi,
Aku harap persahabatan kita tetap ada
Dan tertawa bersamaku

Rabu, 26 Juni 2019

Puisi Tentang Diriku

Puisi Tentang Diriku

Aku Lemah
Hatiku bagaikan es yang meleleh
Tidak tahan dengan panasnya kehidupan yang membara.
Terbunuh oleh masa laluku yang sedih
Kehidupan yang aku jalani hanya sia-sia belaka
Berjalan diantara kesuraman dan kegelapan yang tiada tara

Tanpa ada perasaan kebahagiaan yang menghampiri
Melainkan kesedihan yang mendalam yang selalu mendatangiku setiap hari
Sedih,putus asa,dan sakit hati itulah yang mewarnai hidupku saat ini
Biarkanku pendam semua cerita kesedihanku
Agar seseorang tidak bisa mengetahuinya
Hingga akhir hayatku kelak